Senin, 14 Desember 2015

SOP / Cara Tindakan Lumbal Fungsi (Pungsi)


1.      Pengertian Prosedure Lumbal Fungsi
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah lumbal

2.      Tujuan Tindakan Lumbal Fungsi
Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik maupun kepentingan therapi

3.      Indikasi dari Tindakan Lumbal Pungsi
  1. Untuk diagnostik
-          kecurigaan meningitis
-          Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
-          Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
-          Evaluasi hasil pengobatan

  1. Untuk Therapi
-          Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
-          Pemberian anesthesi spinal
-          Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

4.      Persiapan Tindakan Lumbal Pungsi
  1. Persiapan pasien
-          Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
-          Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
-          Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

  1. Persiapan Alat
-          Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk bolong.
-          Tabung reaksi tiga buah
-          Bengkok
-          Pengalas
-          Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
-          Plester dan gunting
-          Manometer
-          Lidokain/Xilocain
-          Masker. Gaun, tutup kepala        

5.      Prosedur Pelaksanaan Tindakan Lumbal Pungsi
  1. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur.  Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)
  2. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah interspinosus yang telah ditentukan.
c.   Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril.
d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan duk penutup.
e.  Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum
f.   Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya  kedalam jaringan subkutis. Jarum harus memasuki  rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra.
g.  Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.
h. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.
i.    Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
j.   Untuk mengetahui  apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.
k.   Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap  dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih.
 Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
(  - )    Cincin putih tidak dijumpai
( + )  Cincin putih sangat  tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok tetap putih
          ( ++ )   Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement (berkabut)   
          ( +++ )    Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
          ( ++++ )  Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh

                   Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.
l.      Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
m.   Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

6.      Setelah Prosedur
a.       Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
b.      Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF
c.       Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres  es pada kepala, anjurkan tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.

7.      Komplikasi
a.      Herniasi Tonsiler
b.      Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c.      Sakit pinggang
d.      Infeksi
e.      Kista epidermoid intraspinal
f.       Kerusakan diskus intervertebralis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar